Minggu, 12 Agustus 2012

ode ku tentang pulang


Aku tak percaya lagi
perihal gagal dalam diriku
semuah Melumpuhkan rasa takut dan menghentikan getar hati ku..
Aku mencoba bertahan hidup,agar aku tak mati..
aku tetap bertumpu pada kakiku..

menggenggam yang tak pasti menggenggam..


pekerjaan itu membosankan..
mungkin orang orang akan ada yang mati karenanya..
bahkan aku mulai sadar kamuflase mereka yang berpangkat di atasku..
diskriminasi akan ada setiap hari..
bahkan mengkorupsi waktu itu hal biasa..
aku selalu berpura pura tak tau dan tak mengerti..
bahkan kami selalu bersandiwara,di depan mukanya..


aku tak berdalih,aku akan pulang nanti..
Ini yang terakhir..
Aku tidak akan mendengar dan melihat kebohongan.. 

aku tak menahan sakit,aku tahan semuah geram yang ada di sini,di dadaku..
tersenyum setiap hari itu bahkan mulai menjijikan..

aku tetap bertahan hidup,agar aku tak mati..

aku tak lihai berRetorika..
 bahkan dia melebihi seorang propaganda..
aku mulai muak dengan kalimat kalimatnya,mematikan,menjatuhkan..

aku tetap di garis linier ini bu..
aku tetap memilih putih..
di hari itu nanti,aku tak di sana..
di bagian sisi kalian..

mereka,teman teman ku di sana mulai berspekulasi semuah tentang aku..
bahkan kami tak akan segemuruh dahulu..
aku tak di sana,saat hari spesial kaum kami itu tiba..
 

 aku selalu beranggapan,ras darinya adalah dari manusia premitif radikal..
aku ingin tahu kebaikan apa yang mampu membunuhnya..

di langkah yang kesekian ini,aku mulai mengeluh lagi..

seperti pertama aku kesini..
ketika mereka,mendapatkan haknya untuk pulang..
bahkan aku tetap di pasung di sini..

 Aku lengah,perang dingin ini menghisap semuah..
Aku tak mau hypertensi..
Semua sampah di kepalaku,terlalu panas..
Aku geram,aku benci kebencian..


hatiku kering..
dan mulai memikirkan,kebencian..
dia tak pernah mengerti jadi aku..
bahkan jadi kaum kami..

di sore semurung ini..
kosong dan merendah gairah..
 aku selalu memikirkan cara untuk pulang..
itu jauh sebelum aku memikirkan datang..

menantilah seperti pelangi,setia..
menunggu hujan,reda.. 

ini cukup,kabar ku tak semahal kabar kalian bagiku..
tanjung uban akan tetap sepanas dan seabu abu..
saat aku datang..
dan itu akan tetap sama sampai aku pulang..

















 



















 










 

0 komentar:

Posting Komentar